VG : Catherine Lore 2 – What Must Be Done (Bahasa Indonesia)
Catherine Lore 2 – What Must Be Done
What Must Be Done |
Kisah sebenarnya dari peran Catherine dalam kematian Julia akhirnya terungkap.
Sebuah lilin di sebuah meja di belakang kedai minuman berkelip-kelip tidak cukup untuk menerangi seorang wanita berkerudung yang duduk sendirian, menatap daun yang berputar-putar di cangkir tehnya yang hangat. Dia telah melindungi seluruh masa mudanya dari kawanan wanita tua yang mengenakan gelang gemerincing dan membaca masa depan pelanggan-pelanggan yang mudah percaya dengan daun teh.
Setiap orang menoleh ketika Catherine masuk. Seragam merah dan putih sudah tidak ada, tapi jubah dengan kerudung yang kusam tidak dapat menghilangkan kecemasan para pelanggan ketika ada predator masuk ruangan. Perasaan cemas itu tidak hilang meskipun Catherine memberikan senyuman dan mendekati Julia, jubah yang membuat dia terlihat seperti orang biasa pun dilepas untuk mengungkap dirinya yang sebenarnya.
Seorang pelayan dengan terbata-bata: “Selamat …. selamat ma …. bagaimana aku dapat ….. apa anda ingin bererapa …. apa yang bisa saya …?”
Catherine menatap pelayan itu, menunggu dia menyelesaikan kalimatnya. “Anggur,” Catherine berkata sambil tersenyum.
“Segera …. dan anda nyonya? Apa anda ingin teh lagi? Bukankan anda Jul ….”
Catherine mendekat, meletakkan ujung jari ke dagu pelayan itu. “Anggur merah,” dia bergumam.
Julia menghembuskan napas, dia tidak tahu kalau pelayan itu tersandung. “Tipuan yang luar biasa, Cath. Mari kita buat pelanggan yang lain mengingat ini.”
Catherine berpura-pura sakit hati. “Kau sungguh tidak ramah. Aku cukup bangga dengan penyamaranku. Dan lihat kancing-kancing baju ini!” Dia mengedipkan matanya, membentangkan lengannya.
Julia terbahak-bahak, tapi suaranya rapuh, berusaha untuk tidak menangis. “Penyamaranmu sangat bagus, seperti harimau yang mengenakan topi.”
Mereka berdua tidak berbicara sama sekali saat anggur dituangkan. Lalu Catherine mencondongkan badannya. “Dia menginginkan si kembar, Lia, dan kau hidup untuk menciptakan peperangan yang tidak dapat kau menangkan.”
Julia mengangkat dagunya. “Gythia akan membantuku.”
Catherine menggelengkan kepalanya. “Mungkin saja. Suatu hari, ketika saatnya datang. Tapi Stormguard sudah di sini hari ini. Aku tidak bisa mengirim surat; Vyn ada di pundakku sepanjang perjalanan. Dia mengawasi keluargamu sekarang.” Catherine memegang tangan Julia yang gemetaran. “Misi ini akan dilakukan malam ini. Si kembar akan ikut denganku ke Mont Lille.”
Julia melepaskan tangannya dan melihat sebuah sarang laba-laba di sudut ruangan. “Tidak.”
Catherine menegapkan badannya. “Kau tahu aku akan melakukan cara lain kalau ada. Tapi kali ini tidak ada pilihan lain. Aku berjanji, Lia, Aku akan menjaga mereka.”
“Tidak!” Julia bersikeras. “Kakakku akan menjadikan Celeste penindas rakyat, dan kau tidak akan mampu menghentikannya.”
Catherine membuka genggaman tangannya. “Lalu? Apa yang kau inginkan? Kau dan Ardan tidak akan mampu mengalahkan Stormguard malam ini, bahkan dengan bantuanku. Seluruh jalan keluar di Pompium telah dibarikade. Begitu kami menyelesaikan misi, kami akan mengilang. Lia. Pilihanmu satu-satunya adalah mempercayaiku.”
“Seperti kakakku mempercayaimu?”
Mata Catherine menyipit. “Kau dan aku telah berteman sejak kecil.”
“Kita bertiga berteman sejak kecil.” Beberapa saat mereka berdua terdiam, Julia menghembuskan napas. “Aku akan memperingatkan Ardan kalau Stormguard mungkin mendekat. Anak-anak akan melakukan hal seperti biasanya; tidak akan mencurigakan dari luar. Aku akan membantu Ardan dan si kembar melarikan diri saat kau menyerang.”
“Tidak ada yang bisa meloloskan diri dari Stormguard.”
“Ada satu cara. Seorang penyihir menjadi sangat kuat saat mendekati kematian. Ketika kau merenggut nyawaku, aku akan memberikan anugerahku padanya. Dia akan berhasil.”
Catherine menggenggam gelas anggurnya, suaranya begitu dingin. “Aku tidak akan melakukan ini.”
“Lakukanlah. Buat sebuah pengalihan.”
Air mata Catherine mulai mengalir. “Aku tidak bisa.”
“Dan kemudian, kabur. Tidak ada apapun untukmu di Mont Lille. Stormguard akan mengejar Ardan; kau harus kabur ke teman kita di Gythia.”
Gelas di tangannya pecah, bergemerincing di atas meja. Seisi kedai minuman langsung terdiam, semua orang menoleh kearah Catherine, darah dan halcyon menetes dari telapak tangannya. “Tidak satupun darimu dan kakakmu yang mengetahui betapa berat permintaan kalian,” Catherine mengusap air matanya.
Julia merawat tangan Catherine yang berdarah dengan penuh kesabaran. “Aku sangat tersentuh dengan pengabdianmu, tapi aku bukanlah manusia. Aku adalah kerajaan.” Dia mengambil pecahan gelas dari tangan Catherine, dia berbisik. “Jika kau mengantarkan anak-anakku ke kakakku, dia akan menjadikan putriku seorang monster, menempatkan putraku di barisan paling depan dari prajuritnya, dan mengambil kekuasaan di Gythia.” Darah dan anggur bertetesan kelantai, Julia menggenggam tangan Catherine. Cahaya hijau berpijar, kekuatan penyembuhan Julia dengan kekuatan dari halcyon, luka ditangan Catherine menutup. “Jangan pernah merasa bersalah untuk sesuatu yang harus dilakukan. Dan …. dan ….” Julia terbata-bata, lalu berhenti.
“Aku akan melakukannya dengan cepat,” Catherine berbicara dengan lembut.
Bahu Julia terlihat lemas. Dia melepaskan tangan Catherine yang sudah disembuhkan. Mereka berdiri, pergi dan memandang satu sama lain.
Catherine tersenyum dan menyentuh pipi Julia.
“Hey, Lia,” dia berbisik.
“Hey, Cath” Julia juga berbisik, mereka menangis terisak-isak dan tertawa.
Catherine menegapkan badannya, mengusap air matanya, dan menurunkan tangannya. Dia mengangguk pada Julia, mengambil jubahnya, dan melangkah melewati bekas tetesan darahnya, melewati para pelanggan lain yang sunyi dan tatapan mereka, keluar dari kedai minuman kedalam kegelapan malam.
Translate by UUL
Official Lore : http://www.vainglorygame.com/news/catherine-lore-what-must-be-done/